Friday, August 31, 2007

Sincerity of Intention

By Shaykh Riyadh ul HaqRight click on image, save target as... to download file

Thursday, August 30, 2007

Oh Nafs!

In yesterdays lesson (27 July 2007), Shaykh Abu Yusuf Riyadh ul Haq didn’t comment on any further hadeeth but elaborated on the important lesson that we can learn from Hadeeth 636 about Uthman bin Maz’un (رضى الله عنه), for which I posted notes last week. We learn from the hadeeth that we cannot determine our own salvation or anyone else’s salvation. Unfortunately, today people actually believe

Monday, August 27, 2007

Imam Shafi'ee

Imam Muhammad Ibn Idress Shafi’ee was born in Ghazah, Palestine in the year 150 AH. Imam Shafi’ee was a descendent from the Hashimi family of the Quaraish tribe to which the Holy Prophet (صلى الله عليه وسلم) belonged. His father died around the time of his birth and his mother migrated to Makkah with Imam Shafi’ee when he was 2.years of age.During his youth he excelled in 2 activities:

Wednesday, August 22, 2007

Topik 31: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - Al Maghdhub

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah. Kita akan menyudahi pembahasan surat Al-Fatihah. Pada topik 30, ada 3 pembahasan yang perlu dibahas, yaitu an'amta, al-maghdhuub, ad-dhoolliin. An'amta telah dibahas. Berarti topik 31 ini kita akan bahas sisanya.

Baiklah, kita akan membahas 2 kata:
al-maghdhuub المَغضُوبِ - orang yang dimurkai
ad-dhoolliin الضَّالِّينَ - orang yang sesat

KATA BENTUKAN : ISIM FAA 'IL

Apa itu ISIM FAA 'IL اسم الفاعل?

Isim Fa'il adalah kata benda bentukan dari sebuah kata kerja. Misalkan dalam bahasa Indonesia:

Kata Kerja: membunuh -- to kill
Pelaku: pembunuh (orang yang membunuh) -- the one who kills (the killer)
Penderita: terbunuh (orang yang dibunuh) -- the one who get killed

Dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia atau Inggris, demikian juga halnya, pola ini bisa diterapkan. Contoh: Pembunuh itu membunuh seekor kucing:

قَتلَ القاتلُ القطّةَ- qatala (membunuh) al-qootilu (pembunuh) al qithtoh (seekor kucing)

Dalam kalimat diatas, terlihat salah satu cara membentuk kata benda pelaku adalah dengan menyisipkan alif di Kata Kerja Dasarnya.

Jadi:
Kata Kerja Dasar: membunuh قتل - qotala = membunuh. Pembunuh? Gampang sisipkan alif setelah huruf pertama, sehingga menjadi قاتل - qaatilun = pembunuh.

KATA BENTUKAN: ISIM MAF 'UL

Apa itu isim maf'ul اسم المفعول?

Isim maf'ul adalah kata benda penderita, yaitu kata yang dibentuk dari sebuah kata kerja. Contohnya membunuh, pelakunya disebut pembunuh, korbannya disebut yang dibunuh. Apa bahasa arabnya orang (sesuatu) yang dibunuh?

قتل - qotala = membunuh
قاتل - qootilun = pembunuh
مقتول - maqtuulun = (orang/sesuatu) yang dibunuh

Dalam contoh kalimat diatas:
Pembunuh membunuh seekor kucing
قَتلَ القاتلُ القطّةَ - qotala al-qootilu al-qiththoh

Kata Kucing Bisa saya ubah menjadi "sesuatu yang dibunuh":
Pembunuh membunuh sesuatu yang dibuhuh
قَتلَ القاتلُ المقتول - qootala al-qootilu al-maqtuul

OKE,,,, kembali ke LAP TOP,,,...

Dengan memperhatikan pola diatas maka kata al-maghdhuub, adalah ISIM MAF'UL (kata benda penderita), dari apa? Dari kata kerja غضب - ghodhoba (murka). Sehingga, didapat pola sbb:

Kata Kerja Dasar: غضب - ghodhoba = murka
ISIM FA'IL : غاضب - ghoodhobun = orang yang murka
ISIM MAF'UL: مغضوب - maghdhuubun = orang yang dimurkai.

Demikian telah kita bahas tentang al-maghdhuub. Karena sudah terlalu panjang, penjelasan Ad-Dhoolin (orang yang sesat) kita bahas pada topik berikutnya, Insya Allah.

Tuesday, August 21, 2007

Idul Fitri 2007, Akankah Kita Berbeda Lagi?

MOHON MAAF KALI INI TOPIK AGAK MELENCENG SEDIKIT. INSYA ALLAH SETELAH INI TOPIK BAHASA ARAB AKAN DILANJUTKAN KEMBALI.

Kita sudah berlebaran pada hari yang berbeda pada tahun 2006. Tahun ini, akankah itu terjadi lagi?

Saya menduga Idul Fitri tahun 2007 ini akan dirayakan pada hari yang berbeda antara Muhammadiyah, dan NU (dan beberapa ormas Islam lainnya). Saya bukanlah ahli astronomi, atau ahli fisika. Akan tetapi dugaan saya tersebut telah “dibuktikan” pada Idul Fitri 2006 dengan menggunakan software astronomi yang dapat diperoleh secara gratis dari Internet. Software tsb dinamakan HomePlanet.

Pada tahun 2006, secara berkelakar saya sampaikan kepada teman-teman saya jauh-jauh hari sebelum puasa Ramadhon masuk dan menjelang Idul Fitri. Saya sampaikan bahwa “Idul Fitri 2006 ini umat Islam Indonesia akan merayakan lebaran pada hari yang berbeda”. Dan terbukti.

Tulisan ini selain mencoba menjelaskan “kenapa terjadi perbedaan hari berlebaran”, sebenarnya lebih saya maksudkan sebagai “tutorial” singkat penggunaan software HomePlanet. Software tersebut dapat didownload secara cuma-cuma di http://www.fourmilab.ch/homeplanet/. Instalasi dan penggunaan software tsb sangatlah mudah. Tidak diperlukan keterampilan atau keahlian khusus dalam penggunaan software itu. Pada bagian akhir tulisan ini dilampirkan Tutorial singkat Instalasi, dan Pengoperasian software ini.

Kapan kita berlebaran tahun 2007?

Sengaja pertanyaan ini saya ajukan diawal, untuk memancing “keingintahuan” pembaca tulisan ini. Jawaban cepatnya sbb:
1. Muhammadiyah  12 Oktober 2007
2. NU dan ormas lain  13 Oktober 2007

Tanggal diatas adalah tanggal perkiraan saya, berdasarkan informasi dari software HomePlanet. Berdasarkan software HomePlanet informasi mengenai masuknya bulan baru adalah sebagai berikut :

Bulan baru masuk: 11 September 2007 jam 12:45 UTC
Bulan baru berikutnya masuk: 11 Oktober 2007 jam 5:02 UTC

Fokus pembahasan kita batasi pada 11 Oktober 2007 jam 5:02 UTC atau jam 12:02 WIB, saat dimana bulan lama (Ramadhon) habis dan bulan baru (Syawal) masuk. Sebagaimana diketahui, masuknya bulan baru dalam kalender Hijriah, adalah setelah tenggelamnya matahari atau setelah masuknya malam. Dengan demikian selesai sholat Maghrib tanggal 11 Oktober 2007, sudah dimulai 1 Syawal (dengan asumsi bulan baru masuk jam 12:02 WIB). Dengan demikian, diperkirakan Muhammadiyah akan berlebaran esoknya, yaitu tanggal 12 Oktober 2007.




Gambar 1. Informasi terbitnya bulan baru pada periode September 2007 – Oktober 2007. Bulan baru masuk pada 05:02 UTC (= 12:02 WIB) 11 October 2007



Gambar 2. Posisi bulan pada tanggal 11 Oktober 2007 jam 12:02 WIB (bulan baru ada diatas selat Sunda)

Lalu bagaimana dengan NU? Sebagaimana diketahui NU menggunakan metode Ru’yat (melihat bulan). Bagaimana kondisi bulan pada tanggal 11 Oktober 2007, dapat kita lihat di gambar 2 di halaman sebelum ini.

Dari gambar 2 terlihat bahwa pada jam 12:02 WIB tanggal 11 Oktober 2007 posisi bulan (yang baru terbit) berada diatas selat Sunda. Kalau kita berandai-andai melihat bulan pada waktu itu tentu tidak akan terlihat, karena hari sangat terik (jam 12:02 WIB siang). Seperti yang biasa dilakukan, Ru’yat dilaksanakan setelah Maghrib. Oleh karena itu kita bisa bertanya, dimana posisi bulan pada waktu malam datang (setelah sholat Maghrib) pada tanggal 11 Oktober 2007 tersebut?

Sekali lagi software HomePlanet, dapat dengan cepat menunjukkan kepada kita posisi bulan saat akan dilakukan Ru’yat pada tanggal 11 Oktober 2007. Dengan meg-klik tombol animasi (gambar 3), posisi bulan saat Maghrib dapat dilihat pada gambar 4.



Gambar 3. Menjalankan Animasi untuk mencari posisi bulan pada waktu Maghrib tanggal 11 Oktober 2007



Gambar 4. Posisi bulan pada jam 17:43 (waktu Maghrib di Jakarta) tanggal 11 Oktober 2007

Terlihat pada gambar 4, jika Ru’yat dilakukan pada 11 Oktober 2007 jam 17:43 WIB, maka kemungkinan besar di daerah Indonesia sudah tidak bisa melihat bulan (bulan tidak bisa di ru’yat).

Perhatikan bahwa pada software HomePlanet kita juga bisa mensimulasikan seolah-olah kita sedang berada di bulan lalu kita memandang ke bumi. Perhatikan pada gambar 4, bumi dilihat dari bulan pada 11 Oktober 2007 jam 17:43 WIB, Indonesia sudah tidak terlihat lagi. Yang terlihat paling ujung sebelah kanan adalah India utara atau Afghanistan. Dari tempat-tempat ini lah (India / Afghanistan) kemungkinan bulan masih bisa dilihat dengan ru’yat. Dengan memperhatikan posisi bulan yang sukar di ru’yat pada tanggal 11 Oktober 2007 tsb, maka kemungkinan bilangan bulan digenapkan (istikmal), sehingga ormas Islam yang berpedoman kepada ru’yat ini kemungkinan akan tetap berpuasa pada tanggal 12 Oktober 2007, dan berlebaran pada tanggal 13 Oktober 2007. Allahu’alam.

Kesimpulan

Dengan software HomePlanet, tanpa memperhatikan kaidah yang mendetail dalam kriteria penentuan hilal, maka kemungkinan Idul Fitri akan dirayakan pada:
• 12 Oktober 2007 oleh Muhammadiyah
• 13 Oktober 2007 oleh NU dan ormas lain (yang menggunakan ru’yat)

Catatan Penting:
1. Tulisan ini tidak bermaksud sama sekali mendahului keputusan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, keputusan Tim Lajnah Falakiyah PBNU, maupun tim Hisab/Ru’yat Ormas Islam lainnya dalam menentukan Idul Fitri tahun 2007.
2. Maksud tulisan ini hanya sekedar memberikan gambaran bagaimana mudahnya menggunakan software HomePlanet untuk meng-animasi dan memperkirakan letak atau posisi bulan.
3. Jika terdapat kesalahan dalam tulisan ini, penulis mohon saran dan masukannya, dan dikirimkan ke email: ibnurasyid@gmail.com


Jakarta, 20 Agustus 2007


TUTORIAL SINGKAT SOFTWARE HOMEPLANET

Sofware HomePlanet adalah software astronomi untuk melihat pergerakan bulan. Software ini dapat di download secara gratis dari Internet. Program ini mensupport system operasi Windows 98 / XP / NT. Berikut langkah singkat untuk mendownload, instalasi, dan pengoperasiannya.

Mendownload Program

1. Download program di URL berikut:
http://www.fourmilab.ch/homeplanet/download/3.3a/hp3full.zip
2. Unzip file hp3full.zip yang telah didownload
3. Folder baru dari hasil unzip akan terbentuk

Menjalankan Program

1. Buka folder dari hasil unzip
2. Cari program file: HomePlanex.exe
3. Jalankan Program tsb
4. Program siap dijalankan

Mengoperasikan Program

1. Klik atau jalankan program HomePlanet.Exe, akan muncul tampilan



2. Kemudian set waktu untuk penelitian. Contoh, lebaran tahun 2006, Muhammadiyah berlebaran 23 Oktober 2006. Ambil Menu Edit  Set Universal Time



3. Setelah itu, lihat informasi bulan baru. Ambil menu Display  Sun/Moon Info…



Terlihat bahwa bulan baru jatuh pada 22 Oktober 2006 jam 5:14 UTC atau jam 12:14 WIB. Oleh karena itu pada waktu Maghrib tanggal 22 Oktober 2006 bulan baru telah masuk, sehingga 1 Syawal jatuh besoknya yaitu tanggal 23 Oktober 2006.

4. Untuk mengetahui posisi bulan pada waktu Maghrib tanggal 22 Oktober 2006, lakukan animasi. Ambil menu Animate (contreng / check), lalu ambil menu Animate  Run . Maka bulan akan bergerak pelan ke arah kiri. Perhatikan matahari juga bergerak (wilayah gelap dan terang bumi bergerak ke kanan)

5. Setelah melakukan langkah no.4 perhatikan posisi bulan pada jam 5:14 UTC (12:14 WIB) dan pada saat Maghrib sekitar jam 9:14 UTC (16:14 UTC)




Posisi bulan pada detik masuknya bulan baru tanggal 22 Oktober 2006 jam 5:14 UTC (12:14 WIB)



Terlihat pada sekitar Magrib (18:14 WIB) tanggal 22 Oktober 2006, bulan diatas Afrika Barat, jika ru’yat dilakukan pada jam 18:14 WIB ini maka kemungkinan besar bulan tidak terlihat. Kenyatannya, pada tanggal 22 Oktober 2006 hasil Ru’yat oleh ormas-ormas Islam hasilnya nihil (bulan tidak terlihat). Sehingga tanggal 23 Oktober 2006 digenapkan puasa, dan Idul Fitri jatuh pada tanggal 24 Oktober 2006.

6. Fitur yang menarik juga adalah melihat Bumi dari Bulan. Ambil menu Display  View Earth From  Moon… akan tampil layar sbb:



Terihat bahwa pada jam 18:14 WIB tanggal 22 Oktober 2006 (masuknya bulan baru), maka jika kita berdiri diatas bulan dan memandang ke bumi, kita tidak dapat melihat Indonesia. Dengan demikian diprediksikan, pada saat tsb, Ru’yat akan menghasilkan hasil yang nihil. Kenyatannya, pada tanggal 22 Oktober 2006 hasil Ru’yat oleh ormas-ormas Islam hasilnya nihil (bulan tidak terlihat). Sehingga tanggal 23 Oktober 2006 digenapkan puasa, dan Idul Fitri jatuh pada tanggal 24 Oktober 2006.



Catatan : Informasi 1 Syawal

Tahun Ru’yat Hisab
2002 6 Desember 5 Desember
2003 25 November 25 November
2004 14 November 14 November
2005 4 November 3 November
2006 24 Oktober 23 Oktober
(Hisab oleh Muhammadiyah, Ru’yat oleh NU dll)

Sumber: berbagai situs di Internet

Monday, August 20, 2007

Shukr

Shukr (gratefulness)Allah Ta’ala says:“Be grateful unto Me.”Rasulullah (saws) said: “If happiness reaches him (the believer), he is grateful.”THE NATURE OF SHUKRAccepting that all benefit is from the True Benefactor (Mun’im Haqeeqi), the effect of which is to be happy with the Benefactor and be ever ready to render obedience to Him, is the meaning of Shukr.The meaning of Shukr envisages:

Topik 30: Latihan Al-Fatihah ayat 7 - KKT 8

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 7.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ

Shiraatha alladziina an'amta 'alayhim

غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ

Ghoiri al-maghdhuubi 'alayhim

وَلاَ الضَّالِّينَ

wa laa adh-dhoolliin

Ayat 7 diatas terdiri dari 3 potongan kalimat. Pada penutup topik 29, dikatakan kita akan menunda pembahasan shiraath al-mustaqiim. Baiklah kita bahas pada topik ini.

Kata صراط - shiirath artinya jalan. Jamaknya shuruth صرط . Sedangkan al-mustaqiim المستقيم artinya benar atau lurus. Akar kata al-mustaqiim itu adalah قام - qooma, yang artinya berdiri. Kemudian kata ini mendapatkan tambahan alif sin ta, ingat bahwa tambahan alif sin ta ini menjadikan kata tsb menjadi KKT 8 (Kata Kerja Turunan bentuk ke 8).

Akar kata قام
KKT-8 استقام istaqooma, artinya berdiri atau menjadi lurus.

Ingat lagi salah satu aturan dari KKT 8, jika satu kata kerja menjadi KK 8, maka tambahan alif sin ta, dapat diartikan "minta sesuatu".

Contoh: غفر - ghafara mengampuni
KKT 8: استغفر - istaghfara minta ampun

Jika kita terapkan pada kata qooma قام artinya berdiri, maka KKT-8 "bisa" kita asosiasikan dengan "minta berdiri". Nah kok istaqooma artinya berdiri atau menjadi lurus? Bukannya minta berdiri?

Memang secara umum (dikebanyakan kasus) tambahan alif sin ta itu (KKT 8) artinya minta sesuatu. Akan tetapi bisa juga arti KKT 8 itu sama dengan arti akar kata nya.

Tapi kalau dipikir-pikir, "minta berdiri" sangat dengan artinya dengan "berdiri" atau "menjadi lurus" kan? [Badan orang yang berdiri tegak, biasanya lurus kan ya???]. Oh ya perlu diingat disini bahwa KKT 1 s/d 8 kadang-kadang artinya sama dengan arti Kata Kerja Dasar (KKD) nya, atau hanya berbeda sedikit saja, atau bisa berbeda jauh. Dari mana tahunya? Ya tahunya,,, dari kamus. Kita harus rajin-rajin melihat kamus.

Kata al-mustaqiem sendiri, adalah kata bentukan dari KKT 8. Insya Allah selesai topik surat Al-fatihah ini kita akan bahas kata bentukan dari sebuah kata kerja. Kata al-mustaqiem ini merupakan kata bentukan dari استقام istaqooma, yaitu apa yang disebut isim faa'il (kata benda pelaku).

Singkat cerita: الصراط المستقيم - ashshiraata al-mustaqiima artinya Jalan yang lurus.

Oke kita masuk ke ayat 7.

Dalam ayat ini, kata shiraat al-mustaqiim itu diberi penjelasan. Jalan yang lurus yang spt apa?

Yaitu:

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ

Shiraatha (jalan) alladziina (yang) an'amta (Engkau telah beri nikmat) 'alayhim (atas mereka)

غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ

Ghoiri (bukan) al-maghdhuubi ((jalan) orang yang dimurkai) 'alayhim (atas mereka)

وَلاَ الضَّالِّينَ

wa laa (dan tidak (pula)) adh-dhoolliin ((jalan) orang-orang yang sesat)

Ada beberapa point disini yang perlu kita bahas agar semakin mengerti yaitu, kata:
انعمت - an 'am ta (Engkau telah beri nikmat)
المغضوب - al maghdhuub (orang yang dimurkai)
الضالين - adh dhoolliin (orang yang sesat)

Untuk an'amta Insya Allah dibahas pada topik ini, sedangkan 2 terakhir Insya Allah dibahas ditopik minggu depan.

Baiklah kita lihat kata an'amta انعمت - Engkau telah beri nikmat. Kata ini adalah kata kerja turunan 1 (KKT 1), yaitu انعم - an'ama. Adanya kata تَ diakkhir kata انعم menunjukkan pelaku, yaitu Engkau. Sekaligus peletakan ta ت diakhir tsb, menandakan ini adalah kata kerja lampau (KKL), sehingga diterjemahkan Engkau telah.

KKT 1 nya adalah انعم an'ama. Apa KKD (kata kerja dasarnya)? Gampang. Buang saja alif diawal (ingat KKT 1 dibentuk dengan menambahkan alif pada KKD). Kalau alif dibuang menjadi:
نعم - na'ama. Di kamus arti na'ama itu adalah senang hidupnya. Diberi contoh:
نعم الرجل - na'ama ar-rajul (laki-laki itu senang hidupnya)

Dapat dilihat bahwa kata "senang" ini jika kita buat KKT1 menjadi "menyenangkan" atau "memberi kesenangan". Dengan demikian kata:

انعم - an'ama dapat diartikan: dia telah memberi kesenangan
انعمت - an'amta dapat diartikan: Engkau telah memberi kesenangan

Sehingga kata انعمت عليهم - an'amta 'alayhim dapat diartikan: (jalan yang) Engkau telah beri kesenangan kepada mereka.

Di Quran terjemahan biasanya dikatakan : Engkau telah beri nikmat atas mereka.

Demikian kita akhiri dulu topik 30 ini. Insya Allah akan dilanjutkan.

Tuesday, August 14, 2007

Hola!

I know, I know. Nearly a fortnight without a post. I´m sorry. I´m just having too much fun in Madrid, and I don´t have time to blog about it.

Maybe later...

Friday, August 10, 2007

Phrasebook fiction

The bewilderingly odd and sometimes strangely evocative phrases that some phrasebook compilers apparently expect to be useful have caught the attention of many people besides me, although I do think the Andamanese one I found a year or two back takes the cake. However, until a few days ago, I had not come across phrasebook-based fiction. I can now report that there is at least one example of such a genre: Gene Wolfe's "Useful Phrases" (a short story in Strange Travellers):
Even so, many of the phrases thus translated struck me as peculiar. Who would wish to say "You no longer recognize her," "Mine is a similar address," or "I will tell the trees to be quiet"? I studied all these phrases diligently, however, so much so that I sometimes found myself murmuring in my bath, Pava pacch, tîsh ùtra. Neéve sort dufji. "How like a ghost are the fountain's waters! The flood carries away my riches." The paper is marvelously thin, and yet completely opaque; the print sharp-edged even when viewed through my best magnifying glass...

I addressed to him the phrase I had so often rehearsed: Semphonississima techsodeliphindera lafiondalindu tuk yiscav kriishhalôné! "How delightful to discover in the shrinking sea a crystal blossom of home!"

He dropped my advertisement and ran from the shop.
There would be no point in summarising the story - it's not about plot so much as mood. If it has a moral, it must be that you should keep phrase books of unknown origin for unidentifiable languages only if you want your life to become more exciting and dangerous.

A coming reanalysis in Arabic and Berber

In historical linguistics, when a word or string of words is reinterpreted as consisting of a different set of words (for example, when "an ewte", which is what people used to say in Middle English, becomes "a newt"), they call it reanalysis. Here are two somewhat parallel examples.

In classical Arabic, one word for "he came" is jā'a. "With" is bi-. "He came with X" is jā'a bi-X, and can usually be translated as "he brought X". In some parts of the paradigm, the two words remain more or less adjacent* - eg ya-jī'u bi- "he comes with"; in others, they are separated by an agreement morpheme - eg jā'-at bi- "she came with", ji'-nā bi- "we came with". In all modern dialects, the glottal stop is lost, and so are the final short vowels, which would regularly yield jā b(i)-, yijī b(i)-, jā-t b(i)-, etc. But in fact, this common construction was reanalysed as a single word, so you get forms along the lines of jāb, yijīb, jāb-it, jib-nā...

In Proto-Berber, as across most Berber languages, the word for "come" was something like as (perfect form y-usa, habitual yə-ttas, etc.) However, Proto-Berber also had a very productive system of "extensions", particles near the verb marking the direction in which the verb's action took place: towards (d) or away from (n) the speaker. Naturally, "come" normally featured the d extension. In many common forms, it was adjacent to the stem (eg y-usa d "he came", nə-ttas d "we come", etc.); in others, it was not (eg ad-d as-əγ "I will come", usa-n d "they came", etc.) In at least one variety - the dialect of the Beni Snous near Tlemcen, in western Algeria - this d was reinterpreted as part of the word "come"; so there (with voicing assimilation of s to z when next to d) you get forms like yusəd, nəttasəd, ad azd-əγ, uzd-ən.

* Strictly speaking, even in this one they're separated by a short vowel marking mood.

Thursday, August 9, 2007

"The inadequacy of traditional Islamic languages"

A Pakistani physicist weighs in on the state of science in the Islamic world in Physics Today, a magazine I used to subscribe to during the very brief period when I was doing physics at university. The article's quality is variable; he makes some good points (like the alarming publication and patent statistics, and the way that authoritarian attitudes inhibit hypothesis forming), but also some poor ones (his Bourguiba-esque suggestion that fasting and prayer are incompatible with hard work, for example, is laughable.) Anyway, he throws in an observation on language worth discussing:
Second, the inadequacy of traditional Islamic languages—Arabic, Persian, Urdu—is an important contributory reason. About 80% of the world's scientific literature appears first in English, and few traditional languages in the developing world have adequately adapted to new linguistic demands.
In what sense can a language be inadequate for a purpose? What I take him to be referring to is the inadequacy of technical terminology. Specialists in any field have to learn a set of fairly complicated ideas to which they can refer concisely and unambiguously (phoneme, wh-movement, coronal, theta-role; integration, isomorphism, standard deviation...) Such terms often do not refer to anything normally noticed by people, and therefore have no equivalent in any language until one is created or borrowed. Various specialists or committees have undertaken to create such terms (in Arabic, at least, they generally eschew the idea of borrowing them.) But in many cases a chaos of alternative terms is spread. For "linguistics" alone, different Arabic dictionaries will suggest اللسانيات، الألسنيات، اللغويات، علم اللغة, and even other terms. I have three dictionaries of linguistic terminology in Arabic sitting on my shelf; randomly looking up "retroflex", for example, I find ارتدادي، التوائي، انقلابي all given as translations.

One might expect that the efforts of specialists to communicate with each other would end this problem, with the community of linguists (say) rapidly converging on a single term and abandoning the rest, just as such synonyms for "retroflex" as "cerebral" or "cacuminal" have largely disappeared in English. But there we have a vicious circle. At present, to be a good specialist in many fields, you need to have studied them in some Western language, and to be following a literature on them that's largely in a Western language, and to be communicating with colleagues who mostly speak that same language. In fact, given how little on average is spent on research in the Islamic world, in many such fields the odds are high that you won't even be able to find employment without going to or staying in the West, further reducing your opportunities to talk about, or teach, the subject in your own language - and if you do stay in your own country, you may find that specialist terminology dictionaries, especially those printed in other countries, are hard to find. So if ambiguities or misunderstandings come up, the easy thing to do is to switch to English or French or the like; the ideological incentive to use your own language is not supplemented by any significant material or practical incentive. And thus the language gets slowly pressured out of another domain. It's not inevitable, but to change it you'd have to create more incentives and more opportunities for people to stay and to teach in their own countries.

Of course, for Arabic in particular but to a lesser extent for Urdu and Persian, there is a second factor to be considered: diglossia, the wide gap between the language spoken in everyday conversation and the one considered suitable for writing or teaching in. This in itself has some negative implications for teaching science, although the obstacles it sets up to participation by the masses are far less than those that use of an unrelated foreign language like English or French does. But that is another topic for another time.

Wednesday, August 8, 2007

Fajr Salah

It has been narrated by Aisha (رضى الله تعالى عنهما) that Nabi (صلى الله عليه وسلم) said:“The two Rak’aats of Fajr (Sunnah) is better than the entire world and whatever it contains." [Muslim]

Friday, August 3, 2007

Give Thanks

When you feel pain, give thanks to God, for this pain in His hand, is beneficial.When He pleases, pain becomes joy, & fetters become freedom.(Mathnavi of Maulana Rumi)

Thursday, August 2, 2007

Enhancing Investment Opportunities in the Persian Gulf

From an email that was sent to me:

New economic strategies to enhance your investment opportunities in 2007

DUBAI SYSTEM:
You have two cows. You create a website for them and advertise in all magazines and Cable TV. You create a Cow City or Milk Town. You sell off their milk before the cows are milked, to both legit and shady investors, who hope to resell the non-existent milk for a 100% profit in two month time. You bring Bill Clinton and Tiger Woods to milk the cows to attract attention.

QATAR SYSTEM:
You have two cows. They've been sitting there for decades and no one realizes that cows can produce milk. You see what Dubai is doing; you go crazy and start milking the heck out of the cows, in the shortest time possible. Then you realize no one wanted the milk in the first place.

SAUDI SYSTEM:
Since milking the cow involves nipples, the gov't decides to ban all cows in public. The only method to milk a cow is to have the cow at one side of the curtain and the guy milking the cow on the other side; or to hire females and train them to milk the cows ... the debate is still going on.

BAHRAIN SYSTEM:
You have two cows. Some high gov't official steals one, milks it, sells the milk and pockets the profit. The gov't tells you there is just one cow and not enough milk for the people. The people riot and scream death to the govt and carry Iranian flags. The Parliament, after thinking for 11 months, decide to employ ten Bahrainis to milk the remaining cow at the same time to cut back on unemployment.

LEBANON SYSTEM:
You have two cows. One is owned by Syria, the other by the Lebanese gov't, both are milked by Syrian Laborers during their free time as informers.

EGYPT SYSTEM:
You have two cows. Both vote for Mubarak!

AN AMERICAN CORPORATION:
You have two cows. You sell one, and force the other to produce the milk of four cows. Later, you hire a consultant to analyze why the cow dropped dead.

A FRENCH CORPORATION:
You have two cows and have no idea what to do with them. It doesn't really matter, you go on strike anyway because you feel you need three cows.

A RUSSIAN CORPORATION:
You have two cows. You count them and find out you have five cows. You count again and find out you have eight cows. You count again and out you have 20 cows. You are so happy, you stop counting and open another bottle of Vodka.

A BRITISH CORPORATION:
You have two cows. Both are mad

WOMEN OWNED CORPORATION IN SAUDI ARABIA:
You have two cows and you realize you need someone else to milk them for you so you move them to Dubai where you organize the greatest event ever promoting the two cow's milk, hire a Lebanese to sell the product, an Indian to design the company's website and Some Saudi investors to pay for it all!

Miscellaneous linguistics news

I've been keeping busy lately, looking at some rather interesting grammatical facts about the Berber dialect of Ngousa (Ingusa) which I plan to talk about (among other things) at Paris in September. The vocabulary is also interesting; tiḥemẓin "couscous", for example, presumably somehow from timẓin "barley". However, a casual trawl of the news today revealed a surprising number of linguistics-related stories, which I thought I'd share:


Orangutans Play Charades When Misunderstood: For extra points, outline a scenario for the development of a fixed learned vocabulary from sufficiently frequent efforts in a small population to play this sort of charades.

Brain Responses in 4-Month-Old Infants Are Already Language Specific: 4-month-old German and French babies deal better with words stressed in accordance with the the laws of their soon-to-be-native language.

Parts, Wholes, and Context in Reading: A Triple Dissociation: "Do fast readers rely most on letter-by-letter decoding (i.e., recognition by parts), whole word shape, or sentence context? We manipulated the text to selectively knock out each source of information while sparing the others. Surprisingly, the effects of the knockouts on reading rate reveal a triple dissociation. Each reading process always contributes the same number of words per minute, regardless of whether the other processes are operating." I wonder whether this applies in other written languages or is a peculiarity of English.

And a little multimedia on an English regional dialect from the BBC: Pitmatic.

Topik 29: Latihan Al-Fatihah ayat 6 & Mengulang Fi'il Amr

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah. Kita akan masuki surat Al-Fatihah Ayat 6.

اهدِنَــــاالصِّرَاطَ المُستَقِيمَ

Ihdinaa ashiraata al-mustaqiema

Kalimat ini terdiri dari 4 kata:
- ihdi : tunjukilah (kata kerja perintah / fi'il amr)
- naa : kami (kata ganti objek / dhomir nashob)
- al-shiroota : jalan
- al-mustaqiema : yang lurus

Insya Allah akan kita kupas satu per satu.

Kata اهد - ihdi, adalah kata kerja perintah. Mas... kasih tahu dong, gimana caranya kita tahu itu suatu kata kerja perintah atau bukan. Ada gak cara mudahnya? Hmmm cara mudah belum saya temui, tapi ada ciri-ciri yang biasanya kita temukan, yang mengindikasikan itu kata kerja perintah atau bukan. Apa itu? Yaitu adanya alif yang berharokat kasroh (baris bawah).

Contoh:
اقرأ - iqroo = bacalah! (lihat harokat alif, kasroh)
اجلس - ijlis = duduklah! (lihat harokat alif, kasroh)
استغفر - istaghfir = minta ampunlah !
dll,

Akan tetapi, banyak juga yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tsb, spt:

اكتب - uktub = tuliskanlah! (harokat alif dhommah)
انزل - anzil = turunkanlah! (harokat alif fathah)
ر - ra = lihatlah ! (tidak ada alif)

Semua yang diatas tsb, uktuk, anzil, ro, dll, sebenarnya ada rumus-rumusnya. Kala nanti kita ketemu ayat spt itu, Insya Allah rumusnya kita akan bahas.

Kembali ke ihdi naa: tunjukilah kami!
Kata اهد - ihdi (fi'il amr) ini berasal dari kata hudaa هدى (KKT) yang artinya menunjuki. KKS nya yahdii يهدى . Sekarang kita bentuk fi'il amr. Ingat lagi pelajaran yang lalu (topik 17 dan 18). Kita praktekkan.

Kita latih lagi 6 langkah tsb:
Langkah 1. KKL menunjuki --> هدى hudaa
Langkah 2. KKS menunjuki --> يهدى yahdii
Langkah 3. Buang YA --> هدى hdii
Langkah 4. Harokat akhir matikan --> karena sudah mati, huruf ya dibuang menjadi هد hdi
Langkah 5. Harokat HA sukun --> tambahkan alif --> اهد kemungkinan AHDI, IHDI, atau UHDI
Langkah 6. Karena huruf sebelum huruf terakhir (dari 3 hurufnya, yaitu huruf HA) adalah kasroh, maka yang dipilih IHDI (lihat topik 18)

Dengan demikian jelaslah bahwa kata اهد - ihdi adalah kata kerja perintah dari hudaa. IHDI artinya tunjukilah!

Sedangkan نا - naa, artinya KAMI (sebagai objek). Dalam bahasa Arab kata ganti yang berfungsi sebagai objek ini disebut dhomir nashob.

Demikian telah kita bahas bagian dari ayat 6, yaitu Tujukilah Kami = ihdi naa. Sedangkan al-shiraat al-mustaqiim Insya Allah akan kita bahas pada topik selanjutnya.

Wednesday, August 1, 2007

Off to Spain


This is our last full day in England before we whizz off to the sunnier climes of Madrid. We’ve had a fairly eventful time since I last posted. Our week in Scunthorpe and Doncaster featured some bizarre family stuff that I won’t go into here (no matter how much you plead and beg), and some good stuff too.

There was a remarkable gathering of the clans at the Daddy-in-Law’s hoose. DIL has three brothers, one of whom I’ve never met in the twenty-odd years that I’ve been an associate member of the clan. He lives in Switzerland and he addressed me as Keefieboy. Now, nobody calls me that unless they read this blog. So, bonjour George, and thanks for lurking!

By the way, if you ever find yourself washed up in Scunthorpe, make sure you visit The Highfield House. It’s one of the best pubs I’ve ever been in – nice décor, outstandingly good food, ridiculously cheap beer and no background music or TV. It also sits alone in its grounds and it has a functioning bowling green. I loved it.

I also found a really good pub in Doncaster, the Tut ‘n’ Shive. This place belongs to the genre known as ‘spit and sawdust’, and its stone floors and pew-back panelled ceilings are maturing nicely. Fabulous real ales, cheap food and a non-stop selection of old rock tunes made this a winner for me.

The weather and the smoking ban were key themes of this holiday. We escaped the catastrophic flooding that hit Gloucestershire – Yorkshire had already been inundated about five weeks ago – but we’ve seen plenty of rain, a bit of sunshine, and a magnificent double rainbow. The smoking ban that was introduced on July 1 has forced dedicated smokers to cluster outside pubs, trying to keep their fags out of the rain.

We moved on to Liverpool about a week ago. Yesterday BetterArf and I got the bus into town and mooched around in a touristy kind of fashion. We visited Liverpool Museum, an imposing Victorian edifice that has had a serious makeover, and bumped into a mate of ours from Dubai. It turns out that Lynda is a secret Scouser – what a surprise! After the museum we popped into the nearby Walker Art Gallery to see an exhibition of Josh Kirby’s work. Josh is best-known for his cover illustrations for Terry Pratchett’s Discworld books, but it was really nice to see the other stuff he did.

So, holiday nearly over. Time to start thinking about getting some work, finishing my novel and making some money. Dang.

Indigo-Daisy

I know I am stretching the definition of 'Iraqi' here, but Deborah Abdulla is married to an Iraqi and her children are half Iraqi. Anyway, its such a great blog that I will have to make her my honorary Iraqi for the week just to include it.

Indigo-Daisy is about poetry (her own and others), peace, recipes and fun. Here is a sample...

The laws of my soul

there are three major types of laws that people will follow,

the laws of the land,
the laws of the church,
and the laws of the soul

if there should come a time when they are not equal, and I must choose one over the other
I shall choose to follow my soul,
for I can step outside of the land and the church,
but I can not step outside my soul.

~Deborah Abdulla

Topik 28: Latihan Al-Fatihah ayat 5 & KKT 8

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Atas ijin Allah SWT kita dapat melajutkan topik Surat Al-Fatihah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah, Muhammad SAW.

Baiklah para pembaca yang dirahmati Allah. Topik 27 kita telah mengakhiri dengan pembahasan ayat 5. Tapi ada bagian yang kita tunda pembahasannya, yaitu membahas wa iyyaka nasta'iin. Insya Allah kita akan membahas kata nasta'iin, pada topik ini.

KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk ke 8 (KKT 8)

Ingat-ingat lagi kita sudah pernah membahas KKT 1 dan KKT 2. Nah, Insya Allah sekarang kita membahas KKT 8. Lho lho... Mas Mas... KKT 3 s/d KKT 7 nya kemana? Kok gak dibahas? Nah oke, saya jelaskan.

KK - Kata Kerja Asli (KK yang terdiri dari 3 huruf), sebagaimana telah saya jelaskan, dalam bahasa Arab dapat mengalami perubahan. Perubahan ini menyebabkan terbentuk kata kerja baru yang disebut KKT (Kata Kerja Turunan). Yang umum ada 8 bentuk KKT (bentuk KKT sendiri sebenarnya lebih dari 8, ada buku-buku yang menyebutkan sampai 12 macam atau lebih, tapi yang umum 8). Nah kita sudah bahas KKT 1 dan KKT 2. Dari bentuk KKT itu yang sering muncul hanya separonya salah satunya KKT 8. Maka karena dalam surat Al-Fatihah ini kita temukan bentuk KKT 8, maka dari itu dalam topik ini kita loncat saja membahas KKT 8 tsb.

OK, singkat cerita, KKT 8 itu dibentuk dengan menambahkan ALIF SIN TA kepada KK. Contoh:
غفر - ghofaro : artinya menutupi, atau mengampuni

Jika kita tambahkan ALIF SIN TA, maka artinya menjadi minta sesuatu. Dengan demikian:

إستغفر - istaghfaro (KKL) artinya: minta ampun. Bagaimana bentuk KKSnya?

Bentuk KKSnya adalah:

يستغفر - yastaghfiru (KKS) artinya: (dia seorang pria) sedang minta ampun.

Bagaimana bentuk perintahnya? Kalau kita menasehati orang: "Hai kamu minta ampunlah!", maka ini sudah kita bahas dulu di topik membentuk fi'il amr 6 langkah mudah (silahkan dilihat-lihat lagi).

Bentuk perintahnya: Lihat KKS, buang ya, jika setelah ya dibuang harokat sukun, tambahkan alif. Harokat alif lihat huruf sebelum terakhir, jika fathah, atau kasrah, maka harokat alif kasrah, jika harokat sebelum terakhir dhommah, maka harokat alif dhommah (lihat lagi latihan-latihan sebelumnya membentuk fi'il amr). Jika kita praktekkan:

- KKS : يستغفر - yastaghfiru
- buang ya, menjadi ستغفر - staghfiru
- harokat sin, sukun maka tambah alif menjadi إستغفر - istaghfir / ustaghfir
- lihat harokat huruf sebelum terakhir, yaitu fa, adalah kasroh, maka menjadi istaghfir : minta ampunlah!

Kita sering berkata: astaghfirullah, astaghfirullah... ini adalah bentuk KKS dengan pelaku saya (ana). Lihat kembali:

يستغفر - yastaghfiru : dia minta ampun
أستغفر - astaghfiru : saya minta ampun

Sedangkan astaghfirullaha: أستغفر الله - astaghfiru Allaha, artinya saya minta ampun (kepada) Allah. Terlihat disini, beda bahasa Arab dengan Indonesia. Dalam bahasa Arab, posisi suatu kata benda itu sudah ditentukan.

Contohnya:
أستغفر الله - astaghfiru Allaha - maka posisi Allah sebagai Object (sehingga diterjemahkan Aku mohon ampun kepada Allah). Kata "kepada" otomatis ditambahkan untuk memperjelas kedudukan kata Allah.

Contoh lain:
أذن - adzina: megijinkan
ditambahkan ALIF SIN TA menjadi

إستأذن - ista'dzana : meminta ijin (KKL)
يستأذن - yasta'dzinu : meminta ijin (KKS)

Kembali ke kata nasta'iin:

iyyaka na'budu, wa iyyaka nasta'iin. Kata nasta'iin نستعين asal katanya adalah عان atau عون yang artinya menolong. Kalau kita tambahkan ALIF SIN TA menjadi إستعان atau يستعين - yasta'iinu (KKS) yang artinya dia minta tolong. Sedangkan untuk kami minta tolong maka ي tinggal diganti ن sehingga menjadi:

نستعين - nasta'iinu : kami senantiasa minta tolong.

Demikian penjelasan mengenai KKT 8 ini. Dengan demikian ayat 5:

iyaaka na'budu : kepada Engkau saja kami senantiasa menyambah
wa iyyaka nasta'iin: kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong.

Insya Allah akan kita lanjutkan ke ayat berikutnya dan surat-surat pendek lain.

Topik 27: Latihan Al-Fatihah ayat 5

Bismillahirrahmanirrahim

Pada topik 24, kita telah membahas surat Al-Fatihah ayat 4. Dimana pada topik 24 tersebut kita pelajari cara membentuk isim fa'il (kata benda pelaku), dari sebuah kata kerja (fi'il). Baiklah kita lanjutkan dengan ayat 5.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Kalimat diatas terdiri dari 4 bagian: yaitu
iyyaka = kepada Engkau (saja)
na'budu = kami senantiasa menyembah
wa iyyaka = kepada Engkau (saja)
nasta'iin = kami minta tolong

Baiklah kita analisis satu persatu.

Kata إياك - iyya ka, terdiri dari dua kata yaitu: iyya dan ka. Iyya adalah kata tugas (harf), dan ka adalah kata ganti orang kedua tunggal laki-laki. Kedua kata ini secara bersama-sama, dalam tatabahasa sering digunakan untuk menjelaskan dhomir munfashil nashob. Munfashil artinya kata ganti (dalam hal ini ka - kamu) yang terpisah kedudukannya sebagai nashob, atau sebagai sesuatu yang dituju. Oh ya sebelum lupa, saya kasih contoh pembagian jenis kata ganti (saya, dia, kamu, dsb) dalam bahasa Arab, ada 3 macam:

1. Dhomir munfashil rafa' (kedudukannya sebagai subject). Contoh:
Dia membaca - huwa yaqra' هو يقرأ (kata huwa-dia, berkedudukan sebagai subjek)

2. Dhomir munfashil nashob (kedudukannya sebagai object). Contoh:
Umar memukul Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Umar memukul dia- 'umar dhoraba hu عمر ضربه(kata hu-dia, berkedudukan sebagai objek)

3. Dhomir muttashil (kedudukannya sebagai milik). Contoh:
Itu rumah Amir. Jika Amir, kita pakai kata ganti, menjadi:
Itu rumah dia - dzalika baituhu ذلك بيته (kata hu-dia, berkedudukan sebagai milik, artinya milik Amir)

Kembali ke kata iyyaka, maka kata iyya ini dalam bahasa kita sering diterjemahkan kepada ... saja. Jadi kalau iyyaka = kepada engkau saja. Kalau iyyanaa إينا= kepada kami saja, iyyaya إيي= kepada aku saja, iyaahu إيه= kepada dia saja, dst.

na'budu نعبد = kami menyembah. Kata ini adalah kata kerja sedang (KKS), dengan kata-ganti pelaku نحن nahnu = kami. Perhatikan ada huruf nun sebelum عبد. Asal katanya adalah 'a ba da عبد (KKL). Sebagai pengingat, kita ulang-ulang lagi tashrif dari عبد - يعبد sbb:

يعبد - ya'budu = dia (seorang pria) menyembah
أعبد - a'budu = saya menyembah
نعبد - na'budu = kami menyembah

Karena na'budu ini bentuk KKS, maka lebih bagus kita tambahkan kata senantiasa
نعبد - na'budu = kami senantiasa menyembah

wa iyyaka = dan kepada Engkau saja

nasta'iin = kami senantiasa minta tolong (dibahas pada topik setelah ini, topik 28)

Sehingga ayat ke 5 ini selengkapknya berarti:
kepada Engkau saja kami senantiasa menyembah, dan kepada Engkau saja kami senantiasa minta tolong.

Demikianlah ayat 5 ini telah kita bahas. Sedikit untuk bahan renungan, kita:
Perhatikan dhomir yang dipakai pada ayat 1 s/d 4, kepada Allah, menggunakan dhomir HU (dia). Tetapi pada ayat ke 5 ini, saat kita minta tolong, dhomir untuk Allah, adakah KA (Engkau). Mungkin terdapat rahasia disini, bahwa dalam menyembah Allah dan dalam minta pertolongan kepada Allah kita dianjurkan (bahkan diharuskan) langsung, atau tanpa perantara.

Rahasia kedua yang mungkin terdapat dalam ayat 5 ini kemungkinan adalah: perhatikan bahwa pada saat menyembah (dalam sholat) dan minta pertolongan kepada Allah, kata ganti yang dipakan adalah KAMI. Kepada Engkau saja KAMI menyembah, dan kepada Engkau saja KAMI minta tolong. Ini mungkin rahasianya, bahwa kalau bisa sholat dilakukan bersama-sama (berjamaah), demikian juga dalam implementasi ibadah dan permohonan tolong itu, terdapat rahasia hendaklah kaum muslimin ini saling bekerja sama dalam urusan-urusan agama, tidak mengasingkan diri dan bekerja sendiri-sendiri. Allahu a'lam.

Sebagai catatan terakhir: kata nasta'ien karena ini ada pengenalan bentuk KKT (Kata Kerja Turunan) bentuk 8, maka kita akan bahas di bab khusus setelah ini. Insya Allah.

LGBTQ of Iraq

LGBTQ of Iraq blogs in Arabic and, he assures me, soon, in English about Lesbian and Gay issues in Iraq. Lesbians and Gays are regularly singled out and targeted by the various armed groups in Iraq.

Most Iraqis of my father generation will make a face like they have seen something disgusting when you mentions gays. But even my father would point out that a delegation of gays from the UK visited Iraq in the 1930's because, at that time, gays had more rights in Iraq than they did in Britain. This is because what you did in the privacy of your own home in Iraq is treated as your own business and nobody else's. Now with the extremist militias running freely imposing there own perverse laws not even the home is safe. And rights for gays and lesbians has become an important issue. Simply because if don't care about this one then you will be next.

Armenian Issues

I read today one Iraqi football fan saying "Iraqi is like a bunch of flowers not a pie to be divided". And Ara Ashjian is one of those flowers, reporting from Baghdad on the travails of the Iraqi Armenian community. Read here to find links to all the Armenian blogger, the latest issues worrying the Armenian community in Iraq to the Iraqi Armenian who became a health minister in the UK!