Tuesday, January 5, 2010

Perkembangan Semantik Bahasa Arab

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Akar kata sema adalah ‘s’ dan ‘m’ sangat mirip dengan kata سمة dari kata (و) سم yang juga berarti tanda yang akar katanya adalah س (و) dan م . Kata kerja sema adalah ‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘melambangkan’. Tanda atau lambang yang dimaksud disini adalah tanda-tanda linguistik. Padananya dalam bahasa Arab adalah ilmu al-dilalah yang berasal dari kata دل- يدل- دلالة yang berati ‘menunjukkan’ seperti dalam Alquran هل أدلكم علي تجارة


Bahasa diibaratkan mahluk hidup karena dia hidup di lidah para penuturnya. Bahasa mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan jaman sebagaimana halnya manusia. Bahasa adalah fenomena sosial yang hidup di tengah masyarakat. Dia ikut berkembang jika masyarakat berkembang dan mundur ketika masyarakat itu mundur.

Perkembangan semantik adalah salah satu bentuk perkembangan bahasa yang obyeknya adalah kata dan arti kata. Arti sebuah kata sebenarnya tid\ak permanen tetapi mengalami perubahan yang terus menerus dan tak seorangpun yang mampu mengahalangi perubahan itu. Ini dapat dibuktikan dengan melihat kamus, dimana sebuah kata dapat mengalami perubahan makna setiap saat.

Perubahan makna terjadi jika relasi antara lafal dan arti yang ditunjuk oleh lafal tersebut berubah. Hal ini terjadi dalam 2 bentuk:

1. Apabila ditambahkan makna baru kepada kata yang lama

2. Apabila kata baru ditambahkan kepada makna yang lama

Penyebab terjadinya perubahan ini dapat bersifat eksternal dan internal. Penyebab eksternal berupa perkembangan sosial dan peradaban, sementara yang bersifat internal adalah karena pemakaian bahasa itu sendiri. Bahasa diadakan agar manusia dapat berkomunikasi satu sama lain dengan cara bertukar lafal seperti halnya mempertukarkan uang dengan barang. Hanya saja pertukaran bahasa ini melalui akal dan perasaan dan ini bisa berbeda untuk setiap person dan lingkungan. Ketika generasi berikutnya mewarisi suatu makna maka sesungguhnya di tidak lagi mewarisi makna yang sama dengan generasi sebelumnya tetapi telah mengalami beberapa penyimpangan.

Kadang kadang pula terjadinya penambahan makna baru terhadap kata yang lama karena salah mengerti, dan kadang juga sebuah lafal diganti dengan lafal lain sehingga menjadi kurang jelas. Misalnya lafal-lafal yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari dan lafal- lafal yang berhubungan dengan hal-hal yang kotor. Contohnya dalam al-Qur’an adalah kata الغائط yang berarti tempat yang rendah, namun dalam al-Quran diartikan dengan membuang hajat sebagai bentuk kinayah. Penyebab lain yang bersifat internal adalah kedekatan makna dengan lafal tertentu dalam sebuah konteks. Misalnya kata فشل yang dahulu bermakna “takut dan lemah” seperti yang diungkapkan dalam al-Qur’an فلا تنازعو فتفشلوا sekarang berarti “gagal”.

Abu Hatim al-Razi sebagai perintis perkembangan semantik, telah mengumpulkan beberapa kata yang mengalami perkembangan semantik. Menurutnya perkembangan semantik mengambil beberapa bentuk yaitu:

1. Makna lama yang diwariskan

2. Lafal lama yang diberi makna baru setelah datangnya Islam baik dalam bentuk perluasan makna, penyempitan maupun pergeseran makna.

3. Lafal yang sama sekali baru baik dari segi bangun katanya maupun maknanya yang tidak dikenal oleh orang Arab sebelumnya.

4. Lafal baru yang diserap dari bahasa asing

Sementara al-Khawarizmi melihat bahwa lafal terbagi kepada lapal Arab baru yang diciptakan dan lafal asing yang diarabkan. Sedangkan Abu Hilal al-Askari membaginya kepada ism urfi (makna berdasarkan kebiasaan pemakainya) dan ism syar’i (makna baru yang lahir dengan datangnya Islam)

Namun fenomena terpenting dari masalah perkembangan sematik berputar dalam 3 hal yaitu:

1. Takhsis makna

2. Ta’mim makna

3. Pergeseran makna

1. Takhsis makna

Yaitu membatasi makna lafal umum terhadap makna tertentu saja, dengan demikian makna kata tersebut cakupannya telah berkurang dari makna yang sebelumnya. Contoh makna lafal yang menyempit kata حريم yang berarti sesuatu yang tidak boleh disentuh, kini artinya menyempit untuk perempuan saja. Kata الصحابة yang berarti teman dalam arti luas kini menyempit dan menjadi sahabat nabi saja, kata التوبة yang berarti “kembali” kemudian menjadi kembali dari dosa, kata الحج yang berarti bermaksud menjadi bermaksud ke baetullah.

2. Ta’mim Makna

Hal ini terjadi ketika adanya pergeseran dari makna khusus menjadi makna umum. Misalnya kata لوح yang dulunya berarti sejenis benda yang digunakan untuk menulisi kemudian meluas artinya menjadi pelat, bangun perahu, papan dan orang besar tulang tangan dan kakinya. Kata البأس yang dulunya berarti kesusahan dalam perang meluas menjadi kesusahan dalam segala hal, kata العقيقة yang berarti rambut bayi yang tumbuh sejak dalam kandungan meluas menjadi binatang yang disembelih ketika rambut bayi dipotong, kata المجد yang berarti penuhnya perut binatang karena makanan meluas menjadi dipenuhi kemulian.

3. Pergeseran Makna

Pergeseran lafal dari cakupan pemakaian yang biasa ke cakupan yang lain. Pergeseran ini terjadi dalam dua hal:

1. Pergeseran makna karena relasi kemiripan (الإستعارة)

2. Pergeseran makna karena relasi ketidakmiripan (المجاز المرسل)

1. Istiarah

Istiarah dalam ilmu balagah terjadi jika salah satu dari unsur tasybih –musyabbah dan musyabah bih– dibuang demikian pula adat al-tasybih. Penggunaan istiarah banyak digunakan pada kata-kata yang bergeser maknanya karena adanya kemiripan. Misalnya kata ثعبان yang berasal dari kata ثعب yang berarti mengalir bergeser menjadi “ular” karena kemiripan antar air yang mengalir dan ular yang berjalan. Anggota tubuh manusia merupakan obyek istiarah yang banyak digunakan baik dalam bahasa Arab maupun Indonesia. Sebagai contoh أسنان المشط, سن االقلم, عين الحقيقة, رأس الشارع, ظهر الأرض, رجل الكرسي dan lain-lain. Demikian pula anggota tubuh binatang misalnya, ذيل الفستان, ذيل الصفحة, جناح الطائرة .Kemudian dalam tumbuh-tumbuhan misalnya, شجرة النسب, فرع العائلة, ثمرة البحث . Contoh lain adalah تحية عاطرة, إستقبال بارد, صوت حلو

Istiarah sering pula digunakan pada pemakaian kata konkrit terhadap makna yang abstrak seperti, جسم المسكلة, عقد المسألة, ركز الفكرة . Menurut Ibnu Faris pemakaian istiarah merupakan tradisi orang arab dalam berbicara. Hal inipun banyak dilakukan orang arab ketika menggubah syair maupun prosa, dan dalam keadaan demikianlah Alqur’an diturunkan.

2. Al-majaz al-mursal

Al-majaz al-mursal adalah pergeseran makna yang bukan disebabkan karena adanya kemiripan makna tapi justru tidak ada kemiripan sama sekali antara makna asli dengan makna barunya. Ini berbeda dengan takhsis dan ta’mim makna yang melahirkan penyempitan dan perluasan makna, sementara dalam al-majaz al-mursal hal itu tidak terjadi karena makna yang lama dan makna yang baru, cakupannya sama atau sekelas.

Pergeseran makna dalam al-majaz al-mursal disebabkan karena adanya beberapa relasi yaitu: al-sababiyah, al-kulliyah, al-juz’iyah, al-halliyah, al-mahalliyah, al-mujawarah, al-umum, al-khusus, dan i’tibar ma kana. Contoh al-sababiyah (menyebutkan akibat tapi yang dimaksud adalah penyebabnya) dalam Alqur’an قد أنزلنا عليكم لياسا kata لباسا (pakaian) tidak mungkin turun dari langit, tapi yang dimaksud adalah hujan sebagai penyebabnya. Contoh al-kulliyah (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksud adalah sebahagian) dalam Alqur’an فاغسلوا وجوهكم و أيديكم kata أيدكم jamak يد artinya tangan sampai bahu tapi yang dimaksud di sini adalah tangan sampai siku.

Pergeseran makna terjadi pula dalam 2 hal lain sebagai berikut:

1. Pergeseran dari makna kongkrit ke makna abstrak

2. Pergeseran dari makna abstrak ke makna kongrit

Pertama, pergeseran dari makna konkrit ke makna abstrak sejalan dengan dengan perkembangan akal manusia. Jika pemikiran rasional berkembang maka kebutuhan kepada makna yang abstrak juga akan meningkat. Pergeseran ini juga dapat dinamakan majaz hanya saja bukan majaz sebagai bagian balagha. Jika dalam balaghah majaz di maksudkan untuk dapat mempengaruhi perasaan maka majaz disini semata-mata hanya dimaksudkan agar dapat membantu manusiai mengungkap hal-hal yang abstrak.

Sebagai contoh kata غفر yang arti asalnya adalah menutup sesuatu yang tampak kemudian dalam Islam berkembang menjadi pengampunan atau menutupi dosa. Demikian pula kata زكي yang arti dasarnya adalah berkembang dan bertambah, kemudian dalam Islam berubah menjadi penyucian jiwa. Kata نبط yang pada mulanya berati mengeluarkan air dari sumur kemudian muncul kata إستنباط yang sering dipergunakan dalam istilah ushul fikhi. Demikian pula kata النفق yang berarti fatamorgana kemudian berkembang dan memunculkan kata منافق .

Kedua; pergeseran dari makna abstrak ke makna kongkrit. Pergeseran jenis kedua ini seringkali dimaksudkan untuk memperjelas konsep yang bersifat abstrak sehingga seakan akan dapat diraba, dicium, didengar, dilihat dan rasakan. Jenis ini banyak digunakan dalam bahasa sastra sehingga kata-kata sabar, dengki dan cita-cita jika disampaikan dengan bahasa sastra maka seakan-akan obyek abstrak tersebut dapat terlihat. Misalnya kata الكرم diungkapkan dengan kata كثرة الرماد

Bahan bacaan

Abd al-Karim Mummad Hasan, Fi Ilm al-Dilalah, (Dar al-Ma’rifat al-Jami’iyah)

Abd al-Qahir al-Jurjani, Asrar al-Balagah, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Abd Rahman Bin Abi Bakr, al-Muzhar, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Abu al-Fath Ibn Jinni, al-Khasais, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Abu Hatim Ahmad Bin Hamdan al-Razi, Kitab al-Zinah fi al-Kalimat al-Islamiyat al-Arabiyah, (Shan’a, Markaz al-Dirasat wa al-Buhus} al-Yamani)

Abu Qasim al-Zumakhsyari, Asas al-Balagah, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Abu Ubaedah, Majaz al-Qur’an, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Fayz al-Daya, Ilm al-Dilalat al-Arabi, (Baerut, Dar al-Fikr al-Mua’shir)

Husain Hamid al-Salih, al-Tat}awwur al-Dilali fi Daw Ilm al-Hadits (Majallat al-Dirasat al-Ijtimaiyah, edisi IV, Januari-Juni 2003)

Ibn Faris Bin Zakariya, Maqayis al-Lughah, (Maktabah Syamilah, Versi 2)

Manqur Abd al-Jalil, Ilm al-Dilalah Ushuluh wa Mabahitsuh fi al-Turats al-Arabi, (Damaskus, Ittihad al-Kuttab al-Arabi)

dikutip dari : ">http://uccienk.wordpress.com/2009/04/26/perkembangan-semantik-bahasa-arab/

No comments:

Post a Comment